Makna Simbolik Makanan Khas Bakalan: Studi Etnografi

Penulis

  • Dzarna Universitas Muhammadiyah Jember
  • Yerry Mijianti Universitas Muhammadiyah Jember
  • Erika Shinta Dewi Universitas Muhammadiyah Jember

DOI:

https://doi.org/10.32528/bb.v7i1.6

Kata Kunci:

Etnografi, simbol, makanan khas, tradisi bakalan

Abstrak

Tujuan penelitian ini mengetahui makna simbol pada prosesi bakalan atau lamaran. Bakalan merupakan salah satu budaya masyarakat dan  prosesi tersebut menjadi sebuah tradisi masyarakat etnis Madura dan  etnis Jawa. Berbeda etnis tentu keduanya memiliki cara pandang yang  berbeda sehingga makanan yang dibawa pihak laki-laki yang memiliki  makna simbolik kurang dimengerti oleh keluarga perempuan.

Makanan  yang dibawa pada umumnya menjadi sajian, suguhan dan oleh-oleh  untuk keluarga pihak perempuan, namun di dalamnya terdapat makna  simbolik yang menggambarkan perasaan dan tujuan. Pentingnya  mengkaji makna simbol agar masyarakat etnis Jawa dan Madura saling  mengetahui makna simbolik di dalmnya sehingga tidak terjadi  kesalahpahaman. Jenis penelitian yang digunakan yaitu menggunakan  pendekatan kualitatif dengan metode etnografi.

Metode tersebut terdapat  beberapa tahapan yaitu menggolangkan data dengan mengajukan  pertanyaan pada informan, kemudian analisis wawancara, analisis  domain, analisis taksonomi, analisis komponen dan yang terakhir analisis  data pada metode linguistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa  makanan khas bakalan tidak hanya sebagai sajian, suguhan dan oleh-oleh melainkan menjadikan makanan sebagai alat untuk  mengungkapkan perasaan dan tujuan. Dalam masyarakat budaya (Jawa  dan Madura) menyampaikan pesan secara langsung dirasa “tabu” dan  kurang sopan sehingga menggunakan makanan sebagai alat komunikasi.  Semua makanan yang dibawa merupakan bentuk perasaan setia, bahagia, bentuk penghormatan, dan memiliki maksud dan tujuan. Penyajiannya  juga dengan bentuk yang cantik dan menarik dengan warna-warni yang  mencolok.

Referensi

Adiasih, P., & Brahmana, R. K. M. R. (2017). Persepsi Terhadap Makanan Tradisional Jawa Timur: Studi Awal Terhadap Mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta Di Surabaya. Kinerja, 19(2), 114. https://doi.org/10.24002/kinerja.v19i2.538

Amin, F. (2021). Pandangan Masyarakat Tentang Tradisi Dhempo ’ dalam Proses Pertunangan ( Studi Kasus di Desa Jarin Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan ). Journal of Indonesian Islamic Family Law. 3(2), 143–156.

Brewer, J. D. (2000). Ethnography. London: In Open University Press.

Chaer, A. (2002). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Renika Cipta.

Dzarna. (2018). Sosialisasi Makna Panggih Pengantin Pada Ibu-Ibu PKK. Jurnal Pengabdian Masyarakat Ipteks. 4(2), 154–163.

Fuad, A. D., & Hapsari, Y. T. (2019). Leksikon Makanan Tradisional dalam Bahasa Jawa sebagai Cerminan Kearifan Lokal Masyarakat Jawa. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra, 19(1), 27–36. https://doi.org/10.17509/bs

Kuswandi, I., & Azizah, L. F. (2018). Mitos Sangkal Dalam Tradisi Pertunangan di Madura. Seminar Nasional PPM Unesa 2018, 1451–1460.

Rinawati, T., Meiriyanti, R., & Puspitasari, D. (2018). Peranan Srabi Sebagai Makanan Khas Untuk Mepertahankan Nilai Kearifan Lokal. Jurnal Dinamika Sosial Budaya, 19(2), 300. https://doi.org/10.26623/jdsb.v19i2.992

Spradley. (1997). Metode Etnografi (terjemah). Yogyakarta: Tiara Wacana.

Spradley, J. P. (1988). Ethnographic Interview: An Occupational Therapy Needs Assessment Tool for American Indian and Alaska Native Alcoholics. In Occupational Therapy in Mental Health (Vol. 8, Issue 2). https://doi.org/10.1300/J004v08n02_05

Sudaryanto. (1993). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana Press.

Diterbitkan

10-02-2022

Cara Mengutip

Dzarna, Mijianti, Y. ., & Dewi, E. S. (2022). Makna Simbolik Makanan Khas Bakalan: Studi Etnografi. BELAJAR BAHASA: Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 7(1), 15–24. https://doi.org/10.32528/bb.v7i1.6